Lusa kemarin, tepatnya di hari Jum'at.
Aku dan dirinya.
Ah?
Entah apa yang aku rasakan ketika itu.
Waktu itu, aku disana.
Sebelumnya yang telah membuat janji tulis secara paksa melalui pesan singkat.
Tidak disangka, saya berani melakukan itu.
Sehari sebelumnya.
Aku memberanikan diri untuk menanyakan kabar mengenai dirinya terlebih dahulu melalui pesan singkat.
"Assalamu'alaikum kak. Apa kabar?"
Begitulah nada pesan singkatku pada nya malam itu.
Eits!
"Dreeettt, dreeettt, dreeettt.."
Tidak lama, HP q bergetar.
New INBOX..!
Heheh, benar..
Ternyata dari dia.
Satu jam lamanya kami saling balas-memabalas.
Sampai pada akhirnya aku mengirimkan pesan singkat "itu" yang sedikit bernada perintah.
Seolah tidak dapat menolak, iya membalas dengan singkat tanda mengiyakan.
Dari waktu sejam kami saling balas-membalas sms, aku baru tau kalau saat ini ia sedang sakit.
Memberitahunya saja saya rasa kurang cukup.
Merasa kurang puas, saya bermaksud untuk turun tangan saja merawat dirinya.
Lalu, pesan bernada serius dan memerintah itupun ku kirimkan segera.
"Aku mengerti, kakak malu untuk bertemu dengan saya karena kakak itu adalah seorang " . . . . " Tapi, saya juga sadar diri kalau saya ini adalah seorang "Perawat". Jadi, mau atau tidak, kakak tetap harus saya rawat. Ok? Besok siang jam 2 di " . . . . . . . . . . . . "."
Yah, seperti itulah kiranya sms singkat yang sengaja saya kirimkan untuknya.
Keesokan hari, usai berbelanja sesuatu. Aku singgah di kediaman seorang keluarga. Tempatnya sangat dekat dengan tempat ia tinggal. Jaraknya bisa dibilang hanya lima langkah dari depan rumah.
Aku janji dengannya akan berjumpa sekitar jam 2.
Tapi, tidak sengaja aku melihatnya duduk santai di teras masjid.
Waktu itu, masih sekitaran jam 1 siang.
Aku menunggu, hingga jam 2 tepat.
Yah, konsisten dengan janji. Tepat jam 2.
Tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya.
Kulihat jam, ternyata sudah jam 2.
Kilatan petir dan sahutan keras guntur saling beradu cepat.
Hal itu membuat aku agak enggan untuk keluar.
Tapi?
Aku memaksa untuk keluar.
Namun, tidak hanya seorang diri.
Aku menemuinya, ditemani dengan seorang bidadari rumahq, sang Ibunda tercinta.
Saat datang menemuinya disana..
Salah tingkah.
Entah mata ini ingin melirik kemana, arahnya sudah tak tentu lagi.
Saat mengobatinya saja, tangan ini seolah gemetar tak karuan.
Astaghfirullah.
Diriku makin salah tingkah.
Bukannya malah membatasi diri, ia malah mengerjaiku.
Membuat aku semakin serba salah dihadapannya dan ibunda.
Apakah?
Apa..?
Dia orangnya?
Aku merasakan senyum ini seolah melekat erat di wajah usai bertemu dengannya.
Kamu..?
Kamukah orang itu??
Aku dan dirinya.
Ah?
Entah apa yang aku rasakan ketika itu.
Waktu itu, aku disana.
Sebelumnya yang telah membuat janji tulis secara paksa melalui pesan singkat.
Tidak disangka, saya berani melakukan itu.
Sehari sebelumnya.
Aku memberanikan diri untuk menanyakan kabar mengenai dirinya terlebih dahulu melalui pesan singkat.
"Assalamu'alaikum kak. Apa kabar?"
Begitulah nada pesan singkatku pada nya malam itu.
Eits!
"Dreeettt, dreeettt, dreeettt.."
Tidak lama, HP q bergetar.
New INBOX..!
Heheh, benar..
Ternyata dari dia.
Satu jam lamanya kami saling balas-memabalas.
Sampai pada akhirnya aku mengirimkan pesan singkat "itu" yang sedikit bernada perintah.
Seolah tidak dapat menolak, iya membalas dengan singkat tanda mengiyakan.
Dari waktu sejam kami saling balas-membalas sms, aku baru tau kalau saat ini ia sedang sakit.
Memberitahunya saja saya rasa kurang cukup.
Merasa kurang puas, saya bermaksud untuk turun tangan saja merawat dirinya.
Lalu, pesan bernada serius dan memerintah itupun ku kirimkan segera.
"Aku mengerti, kakak malu untuk bertemu dengan saya karena kakak itu adalah seorang " . . . . " Tapi, saya juga sadar diri kalau saya ini adalah seorang "Perawat". Jadi, mau atau tidak, kakak tetap harus saya rawat. Ok? Besok siang jam 2 di " . . . . . . . . . . . . "."
Yah, seperti itulah kiranya sms singkat yang sengaja saya kirimkan untuknya.
Keesokan hari, usai berbelanja sesuatu. Aku singgah di kediaman seorang keluarga. Tempatnya sangat dekat dengan tempat ia tinggal. Jaraknya bisa dibilang hanya lima langkah dari depan rumah.
Aku janji dengannya akan berjumpa sekitar jam 2.
Tapi, tidak sengaja aku melihatnya duduk santai di teras masjid.
Waktu itu, masih sekitaran jam 1 siang.
Aku menunggu, hingga jam 2 tepat.
Yah, konsisten dengan janji. Tepat jam 2.
Tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya.
Kulihat jam, ternyata sudah jam 2.
Kilatan petir dan sahutan keras guntur saling beradu cepat.
Hal itu membuat aku agak enggan untuk keluar.
Tapi?
Aku memaksa untuk keluar.
Namun, tidak hanya seorang diri.
Aku menemuinya, ditemani dengan seorang bidadari rumahq, sang Ibunda tercinta.
Saat datang menemuinya disana..
Salah tingkah.
Entah mata ini ingin melirik kemana, arahnya sudah tak tentu lagi.
Saat mengobatinya saja, tangan ini seolah gemetar tak karuan.
Astaghfirullah.
Diriku makin salah tingkah.
Bukannya malah membatasi diri, ia malah mengerjaiku.
Membuat aku semakin serba salah dihadapannya dan ibunda.
Apakah?
Apa..?
Dia orangnya?
Aku merasakan senyum ini seolah melekat erat di wajah usai bertemu dengannya.
Kamu..?
Kamukah orang itu??
Komentar